Selamat Datang di Blog Indonesia Environmental Voice 2011 mari bangun bangsa dan lestarikan lingkangannya.Teriakan pendapatmu karena "Berawal dari suara untuk membentuk tindakan!" - Kirimkan tulisanmu yang berhubungan dengan lingkungan dengan cara meng-klik "Submit Your Idea" di sidebar

Kamis, 16 Juni 2011

Sistem Pertanian Berkelanjutan


Sistem pertanian konvensional yang intensif dan padat teknologi (high input) hanya mengejar pertumbuhan produktivitas saja, tidak mampu menopang kelestarian pertanian. Hal ini akan merusak ekosistem, deforestrasi, dan lahan pertanian menjadi tidak subur. Keberadaan ternak mampu menopang kelestarian ekosistem melalui pupuk organik yang dihasilkannya. Aktivitas ternak juga perlu diwaspadai terhadap munculnya dampak pensemaran lingkungan dan kesehatan ternak.

Pengelolaan sumber daya pertanian secara luas untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan mendorong atau meningkatkan kualitas lingkungan dan mempertahankan sumber daya hayati. Karakteristiknya antara lain: berwawasan ekologi, terdapat kesinambungan ekonomi, dapat diterima sesuai dengan sosial budaya masyarakat, adanya penerapan teknologi tepat guna, pemahaman ilmu secara holistik dan membangun SDM secara utuh.

Prinsip-prinsip ekologi yang harus diperhatikan antara lain:
1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, dengan memperhatikan ketersediaan air, udara dan unsur hara dalam jumlah yang seimbang, kemmpuan struktur tanah dalam meningkatkan kapasitas penyimpanan, ketersediaan air, pertukaran udara dan pertumbuhan akar, suhu tanah untuk menjaga kehidupan mikroorganisme tanah dan bebas dari toksin atau residu senyawa kimia yang menccemarinya.

2. Mengelola energi matahari, air dan udara, dengan melibatkan pengelolaan mikroklimat seperti pengaturan suhu, kelembaban, dan erosi tanah.

3. Meminimalkan kerugian akibat hama dan penyakit, dengan menyeleksi bibit yang tahan hama dan penyakit, mampu beradaptasi, sistem penanaman tumpangsari, dan memadukan antara tindakan biologis dengan mekanik.

4. Mengoptimalkan ketersediaan dan daur ulang unsur hara, dengan mendaur ulang limbah organik menjadi pupuk, mengurangi pembakaran vegetasi, menanam pohon-pohon tinggi berakar dalam, menggunakan hijauan tak termanfaatkan sebagai pakan alternatif atau dijadikan kompos.

5. Memanfaatkan keterpaduan dan sinergi sumber daya genetik, seperti sistem agrosilvopastoral (pertanian, peternakan dan kehutanan), tumpangsari, silvofishery (perikanan darat dengan kehutanan), apiculture (lebah madu dengan kehutanan), sericulture (ulat sutera dengan kehutanan).

Sasaran dari Sistem Pertanian Berkelanjutan
1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat
2. Peningkatan rasa keasilan dan kesamaan (equity)
3. Peningkatan stabilitas dan keberlanjutan sistem melalui konservasi air, tanah dan unsur hara

Pengelolaan Kesehatan dan Produksi Ternak Berkelanjutan (PKPTB) memperhatikan faktor-faktor berikut, yaitu:
1. Kesehatan ternak
2. Aspek lingkungan
3. Keamanan pakan/pangan
4. Kesejahteraan hewan
5. Penerapan teknologi tepat guna
yang dapat digambarkan dalam segitiga PKPTB (Lingkungan, Ternak dan Teknologi)

Dikirimkan oleh Dicky ( http://dickyutama.blogspot.com )

Rabu, 08 Juni 2011


Leaf for Life
Bumi Makin Panas.

Istilah ini dulu pernah sangat terkenal di tahun 80-an karena film kontroversial yang dibintangi artis panas kala itu, Eva Arnaz. Namun kemudian, istilah ini menjadi benar-benar terkenal secara harfiah di awal tahun 2000 karena sebuah isue yang menarik perhatian hampir seluruh masyarakat dunia dan membuat banyak orang meramalkan hari kiamat. Ya, Global Warming.
 Isue Global Warming membuat penduduk dunia terus berlomba melakukan aksi hijau untuk mengurangi dampak pemanasan global yang terus terjadi. Jika dirunut dari sebab awalnya, salah satu faktor penyebab global warming adalah semakin berkurangnya lahan hijau di bumi kita. Negara tropis dan berkembang seperti Indonesia ,lagi-lagi menjadi sasaran tembak kesalahan atas pemanasan global yang terjadi saat ini.
Lebih dari 50% hutan menjadi paru-paru dunia. Sayangnya, banyak kebakaran hutan dan pembalakan liar yg terjadi di hutan hujan tropis di beberapa  tropis seperti Indonesia dan Brasil. Kerusakan hutan tersebut diyakini sebagai penyebab terbesar global warming.
Lalu,sebenarnya apa sih yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global ini. Kita cuma manusia biasa. Bukan pemerintah. Bukan stakeholders. Bukan konglomerat. Bukan ahli lingkungan. Apa kita juga bisa mengurangi global warming?? 
Let's just get rid of it, everyone..
Setiap orang bisa berbuat sesuatu. 
Meskipun dampak dari global warming terus meluas dan makin jelas terasa, kita masih bisa berbuat sesuatu loh untuk membuat bumi  lebih sejuk. Sesuatu ini mudah dan bisa dilakukan semua orang. We don't even need big expense to do that. 
Pertama, tanam pohon. Iya,sesuatu yang pertama itu adalah tanam pohon. Jangan pikirkan dulu pohon yang terlalu sulit seperti mahoni misalnya. Tanam pohon apa saja. Mulailah dari lahan kosong di pekarangan rumah. Cabai, ,mangga,rambutan, bunga-bungaan… name it. Apapun itu, setiap pohon yang ditanam adalah tambahan nyawa bagi bumi ini.
Manfaat yg bisa didapatkan juga tidak hanya itu. Memanfaatkan lahan kosong di rumah kita untuk menanam tanaman bisa juga untuk penghematan. Beberapa bulan lalu, ketika harga cabai naik, banyak ibu rumah tangga mulai panik dan menjerit. Hal ini tentunya tidak akan terjadi kepada mereka yang memilikii tanaman cabai sendiri di pekarangan rumahnya.
Kedua, setelah menanam, sayangilah. Rawat dengan baik tanaman yang kita tanam dan jangan menyia-nyiakannya begitu saja. Guru biologi SMP saya pernah berkata, “Dari setiap daun yang kamu petik sembarangan tanpa alasan yg jelas,artinya kamu telah mengurangi banyak gas oksigen yang ditawarkan kepad abumi kita dan kalian juga akan menghilangkan manfaat yang ditawarkan oleh daun itu.” Mungkin ini sepele, tetapi kita patut menjaga tangan agar tidak jahil dan sembarangan memetik dedaunan di pinggir jalan J
Last but not least,  mari kita lakukan hal kecil dimulai dari diri kita untuk membuat bumi ini semakin sejuk dan tidak panas. Tanaman itu banyak manfaatnya, loh! Asal tetap ingat, jangan  meletakkan tanaman di dalam ruangan pada malam hari ya. Hehe. 

Salam Hijau!

Fany Ayuningtyas
Human Resource Development Director
Care Environmental Organization

Sabtu, 04 Juni 2011

Bandungku Tak Lagi Hijau ?

Gedung Sate

Pernah berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung? Coba perhatikan, berapa banyak taman umum di kota yang terkenal di luar negeri dengan nama Paris Van Java ini?
Kalau kita perhatikan, semakin lama jumlah taman kota semakin sedikit. Tidak hanya taman, tetapi juga lahan hijau lainnya. Lahan yang semula berwarna hijau berubah menjadi “berwarna-warni”. Tanah yang menjadi tempat tumbuhnya pepohonan malah ‘ditanami’ gedung-gedung tinggi.
Mengenal Ruang Terbuka Hijau
Taman kota merupakan salah satu bentuk Ruang Terbuka Hijau atau RTH. Menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang / jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
“Ruang terbuka hijau ini adalah wilayah yang memiliki fungsi ekologi sebagai tempat yang bisa memulihkan segala kerusakan lingkungan secara ekologi,” jelas Dwi Sawung, staf jaringan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat (Jabar).
RTH tidak terbatas pada taman kota saja. Taman rekreasi, taman di lingkungan perumahan atau perkantoran, taman atap (roof garden), dan taman dinding (wall garden) juga termasuk di dalamnya. Begitu juga dengan hutan kota, kebun binatang, lapangan olahraga, parkir terbuka, dan area pemakaman umum.
 Keberadaan RTH sangat penting bagi suatu wilayah perkotaan. Selain memiliki fungsi ekologis, urban open space ini juga memiliki fungsi sosiologis dan estetika seperti tempat berinteraksi warga dan menjadi identitas suatu kota.
Masih Kurang
Sayangnya, kota-kota di Indonesia masih banyak yang belum bisa memenuhi jumlah ideal untuk ruang terbuka hijau. Di Bandung misalnya.
“Luas Bandung 16.000 Ha sementara jumlah RTHnya hanya 1700 Ha. Idealnya, 7000 Ha, “ kata Dadan Ramdan, Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat.
Jumlah ini memberikan dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Panas, iklim kacau dan kurangnya resapan air sehingga memicu banjir adalah beberapa di antaranya.  Kurangnya RTH juga berdampak pada jumlah hari dengan udara bersih yang menurut WALHI hanya sekitar 30 hari selama setahun. Sisi sosiologis pun ikut terkena dampaknya.
“Penduduk Bandung, terutama pemudanya, jadi nggak punya ruang untuk berinteraksi. Kenakalan remaja makin naik,” tutur Sawung.
Untuk mengatasinya, menurut Sawung, ada beberapa langkah yang telah dilakukan pemerintah kota Bandung, misalnya dengan program penanaman. Sejumlah lahan juga mulai dibebaskan untuk dijadikan RTH.
Sementara itu, para pegiat lingkungan pun ikut serta dalam usaha menambah jumlah RTH kota Bandung, Salah satunya dengan mengusulkan Babakan Siliwangi (Baksil) dan Taman Cilaki menjadi RTH Abadi. Dengan status tersebut, kedua RTH itu nantinya tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan lain selain ekologis.
Mau ikut menambah ruang terbuka hijau? Gampang. Menurut Sawung, kita pun bisa melakukannya.
“Pelihara pohon-pohon yang ada di lingkungan kita. Pelihara juga taman yang ada di sekitar kita.”
Yuk, ikut selamatkan RTH dari sekarang! 

Tulisan ini dikirim oleh : Reta Yudistyana